Waktu

Berikut mengingat kembali salah satu surat dalam Al Quran: Al-‘Ashr (Demi Masa):
  1.  Demi Masa
  2.  Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian
  3. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar.
Hari ini lagi-lagi seorang sahabat mengingatkan tentang waktu. Sepertinya luapan dari kekesalan yang telah bertumpuk sejak beberapa waktu lalu. Tentang keterlambatan.

Saya mengerti, saya pun pernah mengalami ketika janji kemudian menjadi tidak ditepati karena waktu. Ketika saya telah menyiapkan diei menepati janju untuk menghadiri suatu acara bersama salah seorang teman dengan waktu yang telah disepakati, tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponsel saya “kita berangkat telat ya”. Kesal. Iya, tentu saya merasa kesal. Saya berusaha untuk mempersiapkan diri “tepat waktu” berharap ketika teman saya menghampiri saya tidak membuatnya menunggu. Tapi harapan saya tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Justru pada akhirnya sayalah yang menunggu.

Sejujurnya saya sangat berharap “si teman” juga bisa memanfaatkan waktunya agar tidak membuat orang lain menunggu atau kecewa karena menunggu dirinya yang tidak dapat tepat waktu. Tapi ada sesuatu yang membuat saya pada akhirnya tidak dapat meluapkan perasaan kesal dan marah itu.

Pertama, keterlambatan itu bukanlah sesuatu yang pantas untuk saya jadikan alasan merusak hubungan saya dengan teman saya.

Kedua, saya semestinya mengkonfirmasi terlebih dahulu. Bertanya kepada teman saya alasan apa yang membuatnya terlambat menghampiri saya.

Ketiga, belajar ikhlas. Menerima ketentuan Allah SWT kepada saya. Mungkin itu ujian dari Allah SWT kepada saya agar saya ikhlas dan bersabar. Atau peringatan Allah SWT atas kesalahan yang mungkin pernah saya lakukan kepada sahabat saya yang lain.

Keempat, toleransi. Melalui hal tersebut saya dapat belajar toleransi. Memang semestinya bukan toleransi seperti itu yang saya biasakan. Karena saya juga menyadari pentingnya untuk tepat waktu dan menepati janji. Hanya terkait dengan yang sebelumnya telah saya sampaikan, semua tergantung pada alasan apa yang kemudian menjadikan teman saya terlambat.

Satu waktu muncul kekesalan dalam diri saya saya ketika menghadapi teman yang terlambat, semakin besar kekesalan itu karena dibumbui kekecewaan karena saya merasa cukup yakin beliau adalah orang yang memiliki ilmu yang cukup baik tentang bagaimana harusnya menghargai waktu. Tetapi kekesalan tersebut tidak memiliki memiliki manfaat, apalagi bila saya tunjukkan kepadanya dengan cara yang salah. 

Masalah ini, saya yakin bukan hanya saya yang pernah mengalami. Karena ini merupakan masalah sosial yang lazim terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak jarang pula masalah ini menjadikan hubungan kita dengan orang lain menjadi kurang harmonis. Sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi juga selalu membutuhkan orang lain, kita hendaknya selalu berhati-hati dalam menentukan sikap dan tindakan yang akan kita ambil ketika terlibat masalah seperti ini. Harapannya agar masalah ini tidak terulang, serta hadir ketenangan dan kenyamanan dalam menjalin interaksi dengan teman ataupun lingkungan sekitar kita. Saling pengertian, menjalin komunikasi yang baik, serta saling menasehati menjadi beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan di atas.  

Perlu diingat bahwa, ketika telah mengikat janji atau kesepakatan dengan orang lain, hal itu bukan lagi menjadi masalah “saya” atau “aku”, tetaapi akan berubah menjadi masalah “kita”, sehingga dibutuhkan kata “saling” untuk menghubungkannya. Saling merasa bertanggung jawab untuk mengingatkan, menasehati dengan baik (mengingatkan dengan cara yang baik), bukan hanya diam di depannya lantas menyindir dengan perkataan-perkataan yang justru dapat memicu masalah baru (karena tidak semua orang akan mengerti dan menerima sindiran dengan baik), menepati janji dan waktu, serta saling memahami situasi dan kondisi yang berada di luar rencana yang sudah disusun. 

Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi Besar dan Tradisi Kecil

Daurah Dakwah Fardiyah

Langkah-langkah menuju Kampus Madani