On Japanese Religion


Kimura Toshiaki (Tohoku University) 

Masyarakat Jepang mayoritas Menganut Shinto dan Budha, diikuti Kristen dan sisanya agama lain. Berdasarkan perhitungan statistik, orang Jepang melaporkan bahwa dirinya beragama Shinto dan sekaligus Budha. Jadi, Seseorang mungkin memiliki dua Agama sekaligus. Dalam masyarakat ini agama bercampur-campur, seperti memakai agama Budha ketika pemakaman, tetapi memakai Shinto untuk berdoa ketika kelahiran dan pernikahan. Bahkan mereka yang tidak beragama Kristen, tidak jarang menikah dengan cara Kristen. Di dalam satu rumah mereka memiliki dua kuil (Shinto dan Budha) di dua tempat terpisah, dan atau bahkan juga menyatukan tempatnya (kuil Shinto dan Budha).
Sebuah survey yang dilakukan dengan pertanyaan, "Is religion important to your life?" (World Value Survey, 2000) Indonesia menjadi negara yang menduduki peringkat kedua setelah Mesir yang meyakini pentingnya keberadaan agama. Bertolak belakang dengan Indonesia, Jepang menduduki peringkat dua terbawah. Artinya sedikit sekali yang meyakini pentingnya agama. Kimura Toshiaki menyatakan bahwa orang Jepang memiliki sensitifitas yang cukup tinggi dengan agama. Bila di Indonesia kita mengenal pelajaran agama di sekolah, di Jepang mata pelajaran agama justru tidak pernah diperkenalkan.   

Beberapa pertanyaan diskusi:
Ø  Apakah lemahnya kepercayaan thd agama menjadi alasan tingginya tingkat bunuh diri di Jepang? 
Toshiaki: Orang Jepang punya budaya "malu", lebih baik bunuh diri daripada menanggung malu. Tapi
mungkin agama sedikit banyak juga menjadi faktor penyebabnya.
Ø  Adakah peraturan khusus di Jepang untuk menjaga kebersihan?
Toshiaki: Tergantung kepribadian. Tapi kembali lagi, karena budaya malu tadi. Jadi orang Jepang tidak membuang sampah sembarangan karena maluOrang Barat (mungkin Indonesia juga serupa) melakukan hal yang benar karena takut "dosa", takut kepada Tuhan dan Tuhan tidak berubah. Sedangkan di Jepang orang takut berbuat salah karena "malu", malu dilihat masyarakat, dan malu dapat berubah sesuai dengan kondisi masyarakat. Sebagai contoh dari “malu” itu, misalnya ketika suku mereka marah dan ingin membunuh kelompok 

Kulian Umum dengan Mr. Kimura Toshiaki (Tohoku University)

di Gdg. FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Selasa, 28 February 2017
#kilas #guestlecture

******************************* "Jika kamu tidak malu, berbuatlah sekehendakmu" 

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri berkata : Rasulullah Saw bersabda : “sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari ungkapan kenabian yang pertama adalah, ‘jika kamu tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (H.R Al-Bukhari)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi Besar dan Tradisi Kecil

Daurah Dakwah Fardiyah

Langkah-langkah menuju Kampus Madani